A. PENGERTIAN
LAYANAN ORIENTASI
Ada beberapa pengertian mengenai layanan orientasi :
Menurut Prayitno
(2004) orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang
baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap
siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan
ke arah dan tentang sesuatu yang baru. (Tohirin, 2007: 141)
Layanan orientasi (orientation
service) adalah memperkenalkan lingkungan sekolah kepada murid-murid baru, misalnya
tentang program pengajaran, kegiatan ekstrakurikula, aturan sekolah dan suasana
pergaulan, cara-cara belajar yang baik, (Winkel)
Menurut Sukardi (Pengantar
pelaksanan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 2000) layanan
orientasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta
didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru
dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta
didik di lingkungan yang baru ini.
4.
Menurut Slameto (Bimbingan
di sekolah, 1988) layanan orientasi adalah layanan yang diberikan kepada
semua siswa, khususnya siswa baru.
5. Layanan orientasi, yaitu layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami
lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah
dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.
(Hallen, 2005: 76)
Jadi
secara umum layanan orientasi adalah layanan bimbingan
yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas,
dengan tujuan membantu mengorientasi (mengarahkan, membantu, mengadaptasi)
siswa (juga pihak lain yang dapat memberi pengaruh terutama orang tuanya) dari
situasi lama kepada situasi yang baru seperti siswa baru di SMA.
Pelayanan orientasi biasanya dilaksanakan
pada awal program pelajaran baru yang mencakup organisasi sekolah, staf dan
guru, kurikulum, program BK, Program ekstrakulikuler, fasilitas atau sarana pra
sarana dan tata tertib sekolah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian layanan orientasi adalah:
a) Program
orientasi yang efektif mempercepat proses adapatasi, dan memberikan kemudahan
untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
b) Murid-murid yang
mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang berhasil disekolah.
c) Anak-anak dari
lelas sosial ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyesuaikan diri, dari pada anaak-anak dari kelas sosial ekonomi yang lebih
tinggi.
Ada baiknya layanan orientasi juga
diberkan kepada orang tua siswa juga,hal ini dikarenakan pemahaman orang tua
terhadap berbagai materi orientasi akan membantu mereka dalam memberikan
kemudahan dan pelayanan kepada anak-anaknya untuk dapat mengikuti pendidikan di
sekolah dengan sebain-baiknya.
B. TUJUAN
LAYANAN ORIENTASI
Pada bidang bimbingan ini layanan orientasi berperan
dalam pemberian pengenalan diantaranya:
a. Memberikan kemudahan penyesuaian
diri siswa terhadap pola kehidupan sosial
b. Penyesuaian kehidupan belajar serta
kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siawa.
c. Memberikan pemahaman kepada orang
tua siswa mengenai kondisisituasi dan tuntutan sekolah anaknya agar dapat
memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya.
Secara umum, layanan
orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan kata lain agar individu
dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada
suasana atau lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga akan mengantarkan
individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru. Adapun kegiatannya yang
dilakukan dalam layanan orientasi adalah layanan informasi, yaitu memberikan
keterangan tentang berbagai hal berkenaan dengan kurikulum dan kegiatan belajar
mengajar (KBM), guru-guru, para siswa lama, lingkungan fisik sekolah, kantin
sekolah, ruang bimbingan dan konseling, kantor guru dan kepala sekolah,
perpustakaan, laboratorium, mushola sekolah, dan sebagainya.
Tujuan program orientasi ialah untuk memberikan pengenalan
kepada murid-murid tentang kegiatan dan situasi pendidikan yang akan
ditempuhnya. Selain itu layanan orientasi diharapkan dapat mencegah timbulnya
permasalahan penyesuaian siswa dengan pola kehidupan sosial, belajar dan
kegiatan lain di sekolah yang berkaitan dengan keberhasilan siswa. Begitu juga
bagi orang tua agar memahami kondisi dan situasi sekolah sehingga dapat
mendukung keberhasilan anaknya.
C. Materi Umum Layanan Orientasi
Materi yang dapat diangkat melalui layanan orientasi
ada berbagai macam yaitu meliputi:
a. Orientasi umum sekolah yang baru dimasuki
b. Orientasi kelas baru dan semester baru
c. Orientasi kelas terakhir dan semester
terakhir, UAN dan ijazah
D.
Materi
layanan Orientasi dalam Bidang-Bidang Bimbingan
1. Layanan orientasi dalam bimbingan
pribadi meliputi :
a. Fasilitas
penunjang ibadah keagamaan (mushola, tempat ibadah dan sejenisnya) yang ada
disekolah
b. Acara
keagamaanyang menunjang pengembangan kegiatan peribadatan (wiritremaja dan
sejenisnya)
c. Hak dan kewajiban siswa (termasuk pakaian seragam)
d. Bentuk
pelayanan BK dalam membantu siswa mengenal kemampuan, bakat, minat dan cita-citanya serta usaha mengatasi berbagai
permasalahan pribadi yang ditemui (dirumah, sekolah, dan di masyarakat)
e.
Fasilitas pelayanan kesehatan
2. Layanan Orientasi dalam bimbingan sosial
meliputi:
a. Suasana
kehidupan dan tata krama tentang hubungan sosial di sekolah, baik dengan sesama
teman, guru, wali kelas maupun staf sekolah lainnya.
b. Peraturan
dan tata tertib memasuki atau menggunakan kantor, kelas, perpustakaan, mushola,
labolatorium dan fasilitas sekolah lainnya.
c. Linkungan
sosial masyarakat sekitar sekolah dengan berbagai bentuk tuntutan pergaulan dan
kebiasaan masyarakatnya.
d. Wadah
yang ada di sekolah, yang dapat membantu dan meningkatkan serta mengembangkan
hubungan sosial siswa seperti OSIS, Pramuka, UKS, PMR, Kesenian dan sejenisnya.
e. Organisasi orang tua siswa dan guru.
f.
Adanya pelayanan bimbingan sosial bagi para siswa.
3. Layanan orientasi dalam bimbingan belajar
meliputi :
a. Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar jadwal pelajaran, dan guru-guru setiap mata
pelajaran.
b. Linkungan
dan fasilitas sekolah yang menunjang kegiatan dan belajar seperti riang kela,
work shop, labolatorium, perpustakaan, ruang diskusi, ruang BK dan sebagainya.
c. Kurikulum
yaitu berkenaan dengan :
·
Tujuan pendidikan
sekolah
·
Mata pelajaran dan program belajar
·
Sistem dan
pendekatan proses belajar mengajar
·
Tugas-tugas(kegatan
ekstrakulikuler)
·
Sistem ujian,
penilaiann, kenaikan kelas, UAN, ijazah
·
Jenis dan sistem penetapan pilihan kegiatan
ekstrakulikuler
·
Pelayanan BK sebagai bagian dari kurikulum
d.
Suasan belajar di sekolah pada umumnya yang perlu dikembangkan.
e.
Kegiatan belajar yang dituntut dari siswa.
f.
Adanya pelayanan bimbingan belajar bagi para siswa.
4. Layanan
orientasi dalam bimbingan karir meliputi:
a. Peranan BK serta pelacakan karir di sekolah.
b. Pelaksanaan
bimbingan karir untuk siswa sesuai dengan jenjang pendidikannya.
c. Kegiatan yang diharapkan dari siswa dalam
pelaksanaan bimbingan karir.
E. FUNGSI
LAYANAN ORIENTASI
Layanan orientasi di sekolah berfungsi untuk pemahaman dan
pencegahan. Secara rinci pengertiannya menurut SK MENDIKBUD nomor 025/0/1995 jo
SK Menpan nomor 84/1993 tentang Guru dan Angka Kreditnya adalah sebagai
berikut:
1.
Fungsi
Pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa)
agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi
Preventif
Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini,
konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat
digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa
masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah
terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman
keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan
bebas (free sex).
3. Fungsi
Pengembangan
Yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari
fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan
personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork
berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini
adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain
storming), home room, dan karyawisata.
4. Fungsi
Perbaikan (Penyembuhan)
Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik
yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5. Fungsi
Penyaluran
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir
atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi
Yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
siswa (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara
tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode
dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan siswa.
7. Fungsi
Penyesuaian
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar
dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
Menurut Hallen (Bimbingan & Konseling, 2005: 76)
layanan orientasi ini ditujukan kepada siswa baru dan untuk pihak-pihak lain
(terutama orang tua/ wali siswa) guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri
terutama penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan (sekolah) yang baru
dimasukinya.
F. PRINSIP LAYANAN ORIENTASI
Prinsip merupakan kaidah
dasar yang perlu selalu diperhatikan dalam penyelenggaraan pelayanan konseling.
Apabila orientasi konseling yang dikemukakan di atas memberikan arah
perhatian dan fokus dasar tentang ke mana layanan konseling ditujukan, prinsip
konseling menekankan pentingnya kaidah-kaidah pokok yang secara langsung dan
konkrit mendasari seluruh praktik pelayanan konseling.
1. Prinsip integrasi pribadi, menekankan pada
keutuhan pribadi subjek yang dilayani dari segenap sisi dirinya dan berbagai
kontekstualnya. Dari sisi hakikat manusia misalnya, unsur-unsur berikut
mendapat penekanan :
·
Keimanan dan ketakwaan :ditunaikan
·
Kesempurnaan penciptaan :diwujudkan
·
Ketinggian derajat :ditampilkan
·
Kekhalifahan :diselenggarakan
·
HAM : dipenuhi
Aktualisasi
unsur-unsur hakikat manusia itu seluruhnya berada dalam pengembangan pancadaya
(daya takwa, cipta, rasa, karsa dan karya) serta dalam bingkai kelima dimensi
kemanusiaan (dimensi kefitrahan, keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan
keberagaman). Ketiga orientasi pelayanan konseling (orientasi individual,
perkembangan dan permasalahan) sepenuhnya diarahkan bagi terbentuknya pribadi
yang terintegrasikan itu melalui ditegakkannya fungsi-fungsi pemahaman,
pemeliharaan dan pengembangan, pencegahan, pengentasan, dan advokasi.
2.
Prinsip
kemandirian, menekankan pengembangan pribadi mandiri subjek yang
dilayani. Kelima ciri kemandirian tersebut pada bab terdahulu menjadi arah
pelayanan konseling.
3.
Prinsip
sosio-kultural, menekankan pentingnya subjek yang dilayani berintegrasi
dengan lingkungan, yaitu lingkungan yang langsung terkait dengan
kehidupannya sehari-hari, serta berbagai kontekstual dalam arti yang
seluas-luasnya. Pelayanan konseling mengintegrasikan dan mengharmonisasikan
subjek yang dilayani dengan lingkungan sosio-budayanya.
4. Prinsip pembelajaran, menekankan bahwa
layanan konseling adalah proses pembelajaran. Subjek yang dilayani menjalani
proses pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar tertentu yang berguna
dalam rangka terkembangnya subyek.
5. Prinsip efektif/efisien, menekankan bahwa
upaya pelayanan yang diselenggarakan oleh konselor harus menghasilkan sesuatu
untuk pengembangan subjek yang dilayani. Pelayanan konseling terarah pada
keberhasilan yang optimal. Termasuk ke dalam upaya optimalisasi pelayanan
konseling adalah kerjasama dengan pihak-pihak lain sehingga berbagai sumber
daya dapat dikerahkan untuk kepentingan subjek yang dilayani.
Kelima
prinsip di atas terpadu menjadi satu, tidak diterapkan secara terpisah,
meskipun kelimanya bisa dipilah. Kelima prinsip tersebut juga terpadu dengan
ketiga orientasi konseling untuk menegakkan kelima fungsi konseli.
G. METODE YANG
DIGUNAKAN DALAM LAYANAN ORIENTASI
Metode yang dapat digunakan dalam pemberian layanan
orientasi kepada siswa dapat dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi,
program home room dan kunjungan lapangan.
Layanan orientasi bisa dilaksanakan dengan teknik-teknik:
a. Penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab,
dan diskusi.
b. Pengamatan
yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan.
c. Partisipasi, yaitu dengan
melibatkan diri secara langsung dalam suasana segiatan, mencoba, dan mengalami sendiri.
d.
Studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen
yang terkait.
e.
Kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam
tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan.
Teknik-teknik tersebut di atas dilakukan oleh konselor,
penyaji, nara sumber, dan para peserta layanan sesuai dengan peran
masing-masing.
H. PELAKSANAAN LAYANAN ORIENTASI
Proses atau tahap layanan orientasi adalah sebagai berikut
a.
Perencanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1) Menetapkan objek
orientasi yang akan dijadikan isi layanan,
2) Menetapkan
peserta layanan,
3) Menetapkan jenis
kegiatan, termasuk format kegiatan,
4) Menyiapkan
fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media,
5) Menyiapkan kelengkapan
administrasi.
b.
Pelaksanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1) Mengorganisasikan
kegiatan layanan,
2)
Mengimplementasikan pendekatan
tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media.
c.
Evaluasi. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1) Menetapkan materi
evaluasi,
2) Menetapkan
prosedur evaluasi,
3) Menyusun
instrumen evaluasi,
4) Mengaplikasikan
instrumen evaluasi,
5) Mengolah hasil
aplikasi instrumen.
d. Analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini,
hal-hal yang dilakukan adalah:
1) Menetapkan
standar analisis,
2) Melakukan
analisis,
3) Menafsirkan hasil
analisis.
e.
Tindak
lanjut. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1) Menetapkan jenis
dan arah tindak lanjut,
2)
Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak yang
terkait,
3) Melaksanakan
rencana tindak lanjut.
f. Laporan, meliputi:
1) Menyusun laporan
layanan orientasi,
2)
Menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah),
I. TEKNIK LAYANAN ORIENTASI
Menurut (Tohirin,
2007: 144-145) layanan orientasi bisa dilaksanakan dengan teknik-teknik:
a.
Penyajian,
yaitu melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
b. Pengamatan, yaitu melihat
langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan.
c. Partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung
dalam suasana dan kegiatan, mencoba, dan mengalami sendiri.
d. Studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari
berbagai dokumen yang terkait.
e. Kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara
mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan.
Teknik-teknik tersebut di atas dilakukan oleh konselor,
penyaji, nara sumber, dan para peserta layanan sesuai dengan peran
masing-masing.
J. MATERI KEGIATAN LAYANAN ORIENTASI
Menurut (Sukardi, 2000: 43- 44), materi kegiatan layanan ini menyangkut:
a. Pengenalan lingkungan dan
fasilitas sekolah
b. Peraturan dan hak- hak serta
kewajiban siswa
c. Organisasi dan wadah- wadah yang
dapat membantu dan meningkatkan hubungan social siswa
d. Kurikulum dengan selurus aspek-
aspeknya
e. Peranan kegiatan bimbingan karier
f. Peranan pelayanan bimbingan dan
konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa
K. KEGIATAN PENDUKUNG LAYANAN ORIENTASI
Kegiatan pendukung layanan orientasi ini dapat berupa:
1.
Aplikasi Instrumentasi
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien), keterangan
tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan
data ini dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui instrumen baik tes maupun
nontes.
2.
Himpunan Data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu dielenggarakan secara
berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup.
3.
Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum
pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan
bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan
tersebut. Pertemuan ini dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan
tertutup.
4.
Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk
memperoleh data, keteranang, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini
memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga klien yang
lainnya.
5.
Alih Tangan Kasus
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami
peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke
pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan amntap antara
berbagi pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas penanganan masalah
tersebut (terutama kerjasama dari ahli lain tempat kasus itu dialihtangankan).
DAFTAR
PUSTAKA
Ridwan.1998.Bimbingan dan Konseling
di Sekolah.Jakarta:Pustaka Belajar
Winkel.1981.Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah Menengah.
Jakarta:Gramedia
http://bkum2011.blogspot.com/2012/04/layanan-orientasi.html.(Online). Diakses pada 2
November 2012.
isinya udah mantep ini mas blognya, kok gak udate lagi ya?
BalasHapusMampir mas
https://irvanhermawanto.blogspot.co.id
Sangat bermanfaat sekali
BalasHapus