Kamis, 09 Mei 2013

LAYANAN ORIENTASI

A.  PENGERTIAN LAYANAN ORIENTASI 
Ada beberapa pengertian mengenai layanan orientasi : 
Menurut Prayitno (2004) orientasi berarti tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan tentang sesuatu yang baru. (Tohirin, 2007: 141) 
Layanan orientasi (orientation service) adalah memperkenalkan lingkungan sekolah kepada murid-murid baru, misalnya tentang program pengajaran, kegiatan ekstrakurikula, aturan sekolah dan suasana pergaulan, cara-cara belajar yang baik, (Winkel) 
Menurut Sukardi (Pengantar pelaksanan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 2000) layanan orientasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini.
4.      Menurut Slameto (Bimbingan di sekolah, 1988) layanan orientasi adalah layanan yang diberikan kepada semua siswa, khususnya siswa baru.
5. Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu. (Hallen, 2005: 76)
            Jadi secara umum  layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan membantu mengorientasi (mengarahkan, membantu, mengadaptasi) siswa (juga pihak lain yang dapat memberi pengaruh terutama orang tuanya) dari situasi lama kepada situasi yang baru seperti siswa baru di SMA.
Pelayanan orientasi biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru yang mencakup organisasi sekolah, staf dan guru, kurikulum, program BK, Program ekstrakulikuler, fasilitas atau sarana pra sarana dan tata tertib sekolah.
            Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian layanan orientasi adalah:
a)   Program orientasi yang efektif mempercepat proses adapatasi, dan memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
b)   Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang berhasil disekolah.
c)   Anak-anak dari lelas sosial ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri, dari pada anaak-anak dari kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi.
Ada baiknya layanan orientasi juga diberkan kepada orang tua siswa juga,hal ini dikarenakan pemahaman orang tua terhadap berbagai materi orientasi akan membantu mereka dalam memberikan kemudahan dan pelayanan kepada anak-anaknya untuk dapat mengikuti pendidikan di sekolah dengan sebain-baiknya.

B.       TUJUAN LAYANAN ORIENTASI
Pada bidang bimbingan ini layanan orientasi berperan dalam pemberian pengenalan diantaranya:
a. Memberikan kemudahan penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial
b. Penyesuaian kehidupan belajar serta kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siawa.
c. Memberikan pemahaman kepada orang tua siswa mengenai kondisisituasi dan tuntutan sekolah anaknya agar dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya.
Secara umum, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan kata lain agar individu dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga akan mengantarkan individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru. Adapun kegiatannya yang dilakukan dalam layanan orientasi adalah layanan informasi, yaitu memberikan keterangan tentang berbagai hal berkenaan dengan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar (KBM), guru-guru, para siswa lama, lingkungan fisik sekolah, kantin sekolah, ruang bimbingan dan konseling, kantor guru dan kepala sekolah, perpustakaan, laboratorium, mushola sekolah, dan sebagainya.
Tujuan program orientasi ialah untuk memberikan pengenalan kepada murid-murid tentang kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuhnya. Selain itu layanan orientasi diharapkan dapat mencegah timbulnya permasalahan penyesuaian siswa dengan pola kehidupan sosial, belajar dan kegiatan lain di sekolah yang berkaitan dengan keberhasilan siswa. Begitu juga bagi orang tua agar memahami kondisi dan situasi sekolah sehingga dapat mendukung keberhasilan anaknya.

C.      Materi Umum Layanan Orientasi
Materi yang dapat  diangkat melalui layanan orientasi ada berbagai macam yaitu meliputi:
a.  Orientasi umum sekolah yang baru dimasuki
b.  Orientasi kelas baru dan semester baru
c.  Orientasi kelas terakhir dan semester terakhir, UAN dan ijazah




D.      Materi layanan Orientasi dalam Bidang-Bidang Bimbingan
1.  Layanan orientasi dalam bimbingan pribadi meliputi :
a. Fasilitas penunjang ibadah keagamaan (mushola, tempat ibadah dan sejenisnya) yang ada disekolah
b.  Acara keagamaanyang menunjang pengembangan kegiatan peribadatan (wiritremaja dan sejenisnya)
c.  Hak dan kewajiban siswa (termasuk pakaian seragam)
d. Bentuk pelayanan BK dalam membantu siswa mengenal kemampuan,   bakat, minat dan cita-citanya serta usaha mengatasi berbagai permasalahan pribadi yang ditemui (dirumah, sekolah, dan di masyarakat)
e.   Fasilitas pelayanan kesehatan

2.  Layanan Orientasi dalam bimbingan sosial meliputi:
a. Suasana kehidupan dan tata krama tentang hubungan sosial di sekolah, baik dengan sesama teman, guru, wali kelas maupun staf sekolah lainnya.
b. Peraturan dan tata tertib memasuki atau menggunakan kantor, kelas, perpustakaan, mushola, labolatorium dan fasilitas sekolah lainnya.
c. Linkungan sosial masyarakat sekitar sekolah dengan berbagai bentuk tuntutan pergaulan dan kebiasaan masyarakatnya.
d. Wadah yang ada di sekolah, yang dapat membantu dan meningkatkan serta mengembangkan hubungan sosial siswa seperti OSIS, Pramuka, UKS, PMR, Kesenian dan sejenisnya.
e.  Organisasi orang tua siswa dan guru.
f.   Adanya pelayanan bimbingan sosial bagi para siswa.
                                           
3.  Layanan orientasi dalam bimbingan belajar meliputi :
a. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar jadwal pelajaran, dan guru-guru setiap mata pelajaran.
b.  Linkungan dan fasilitas sekolah yang menunjang kegiatan dan belajar seperti riang kela, work shop, labolatorium, perpustakaan, ruang diskusi, ruang BK dan sebagainya.
c.   Kurikulum yaitu berkenaan dengan :
·         Tujuan pendidikan sekolah
·          Mata pelajaran dan program belajar
·          Sistem dan pendekatan proses belajar mengajar
·          Tugas-tugas(kegatan ekstrakulikuler)
·         Sistem ujian, penilaiann, kenaikan kelas, UAN, ijazah
·          Jenis dan sistem penetapan pilihan kegiatan ekstrakulikuler
·          Pelayanan BK sebagai bagian dari kurikulum
d.    Suasan belajar di sekolah pada umumnya yang perlu dikembangkan.
e.     Kegiatan belajar yang dituntut dari siswa.
f.      Adanya pelayanan bimbingan belajar bagi para siswa.

4.  Layanan orientasi dalam bimbingan karir meliputi:
a.  Peranan BK serta pelacakan karir di sekolah.
b. Pelaksanaan bimbingan karir untuk siswa sesuai dengan jenjang pendidikannya.
c.  Kegiatan yang diharapkan dari siswa dalam pelaksanaan bimbingan karir.

E.  FUNGSI LAYANAN ORIENTASI
Layanan orientasi di sekolah berfungsi untuk pemahaman dan pencegahan. Secara rinci pengertiannya menurut SK MENDIKBUD nomor 025/0/1995 jo SK Menpan nomor 84/1993 tentang Guru dan Angka Kreditnya adalah sebagai berikut:
1.                 Fungsi Pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2.   Fungsi Preventif
Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
3.  Fungsi Pengembangan
Yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4.  Fungsi Perbaikan (Penyembuhan)
Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
5.  Fungsi Penyaluran
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6.  Fungsi Adaptasi
Yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
7.  Fungsi Penyesuaian
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
Menurut Hallen (Bimbingan & Konseling, 2005: 76) layanan orientasi ini ditujukan kepada siswa baru dan untuk pihak-pihak lain (terutama orang tua/ wali siswa) guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terutama penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya.

F.   PRINSIP LAYANAN ORIENTASI
Prinsip merupakan kaidah dasar yang perlu selalu diperhatikan dalam penyelenggaraan pelayanan konseling. Apabila orientasi konseling yang dikemukakan di atas memberikan arah perhatian dan fokus dasar tentang ke mana layanan konseling ditujukan, prinsip konseling menekankan pentingnya kaidah-kaidah pokok yang secara langsung dan konkrit mendasari seluruh praktik pelayanan konseling.
1.  Prinsip integrasi pribadi, menekankan pada keutuhan pribadi subjek yang dilayani dari segenap sisi dirinya dan berbagai kontekstualnya. Dari sisi hakikat manusia misalnya, unsur-unsur berikut mendapat penekanan :
·         Keimanan dan ketakwaan :ditunaikan
·         Kesempurnaan penciptaan :diwujudkan
·         Ketinggian derajat :ditampilkan
·         Kekhalifahan :diselenggarakan
·         HAM : dipenuhi
Aktualisasi unsur-unsur hakikat manusia itu seluruhnya berada dalam pengembangan pancadaya (daya takwa, cipta, rasa, karsa dan karya) serta dalam bingkai kelima dimensi kemanusiaan (dimensi kefitrahan, keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman). Ketiga orientasi pelayanan konseling (orientasi individual, perkembangan dan permasalahan) sepenuhnya diarahkan bagi terbentuknya pribadi yang terintegrasikan itu melalui ditegakkannya fungsi-fungsi pemahaman, pemeliharaan dan pengembangan, pencegahan, pengentasan, dan advokasi.
2.    Prinsip kemandirian, menekankan pengembangan pribadi mandiri subjek yang dilayani. Kelima ciri kemandirian tersebut pada bab terdahulu menjadi arah pelayanan konseling.
3.    Prinsip sosio-kultural, menekankan pentingnya subjek yang dilayani berintegrasi dengan lingkungan, yaitu lingkungan yang langsung terkait dengan  kehidupannya sehari-hari, serta berbagai kontekstual dalam arti yang seluas-luasnya. Pelayanan konseling mengintegrasikan dan mengharmonisasikan subjek yang dilayani dengan lingkungan sosio-budayanya.
4.  Prinsip pembelajaran, menekankan bahwa layanan konseling adalah proses pembelajaran. Subjek yang dilayani menjalani proses pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar  tertentu yang berguna dalam rangka terkembangnya subyek.
5. Prinsip efektif/efisien, menekankan bahwa upaya pelayanan yang diselenggarakan oleh konselor harus menghasilkan sesuatu untuk pengembangan subjek yang dilayani. Pelayanan konseling terarah pada keberhasilan yang optimal. Termasuk ke dalam upaya optimalisasi pelayanan konseling adalah kerjasama dengan pihak-pihak lain sehingga berbagai sumber daya dapat dikerahkan untuk kepentingan subjek yang dilayani.
Kelima prinsip di atas terpadu menjadi satu, tidak diterapkan secara terpisah, meskipun kelimanya bisa dipilah. Kelima prinsip tersebut juga terpadu dengan ketiga orientasi konseling untuk menegakkan kelima fungsi konseli.

G. METODE YANG DIGUNAKAN DALAM LAYANAN ORIENTASI
Metode yang dapat digunakan dalam pemberian layanan orientasi kepada siswa dapat dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, program home room dan kunjungan lapangan.
Layanan orientasi bisa dilaksanakan dengan teknik-teknik:
a.  Penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
b. Pengamatan yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan.
c. Partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam suasana segiatan,   mencoba, dan mengalami sendiri.
d.  Studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait.
e.  Kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan.
Teknik-teknik tersebut di atas dilakukan oleh konselor, penyaji, nara sumber, dan para peserta layanan sesuai dengan peran masing-masing.

H.   PELAKSANAAN LAYANAN ORIENTASI
Proses atau tahap layanan orientasi adalah sebagai berikut
a. Perencanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1)   Menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan,
2)   Menetapkan peserta layanan,
3)   Menetapkan jenis kegiatan, termasuk format kegiatan,
4)   Menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media,
5)   Menyiapkan kelengkapan administrasi.
b. Pelaksanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1)   Mengorganisasikan kegiatan layanan,
2)  Mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media.
c. Evaluasi. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1)   Menetapkan materi evaluasi,
2)   Menetapkan prosedur evaluasi,
3)   Menyusun instrumen evaluasi,
4)   Mengaplikasikan instrumen evaluasi,
5)   Mengolah hasil aplikasi instrumen.
d.  Analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1)   Menetapkan standar analisis,
2)   Melakukan analisis,
3)   Menafsirkan hasil analisis.
e.  Tindak lanjut. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
1)   Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut,
2)   Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak yang terkait,
3)   Melaksanakan rencana tindak lanjut.
f.   Laporan, meliputi:
1)   Menyusun laporan layanan orientasi,
2)   Menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (kepala sekolah atau madrasah),
3)   Mendokumentasikan laporan layanan.

I.     TEKNIK LAYANAN ORIENTASI
Menurut (Tohirin, 2007: 144-145) layanan orientasi bisa dilaksanakan dengan teknik-teknik:
a.  Penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
b. Pengamatan, yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan.
c.  Partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam suasana dan kegiatan, mencoba, dan mengalami sendiri.
d.  Studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait.
e.  Kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan.
Teknik-teknik tersebut di atas dilakukan oleh konselor, penyaji, nara sumber, dan para peserta layanan sesuai dengan peran masing-masing.
J.     MATERI KEGIATAN LAYANAN ORIENTASI
Menurut  (Sukardi, 2000: 43- 44), materi kegiatan layanan ini menyangkut:
a. Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah
b. Peraturan dan hak- hak serta kewajiban siswa
c. Organisasi dan wadah- wadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan social siswa
d. Kurikulum dengan selurus aspek- aspeknya
e. Peranan kegiatan bimbingan karier
f. Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa

K.      KEGIATAN PENDUKUNG LAYANAN ORIENTASI
Kegiatan pendukung layanan orientasi ini dapat berupa:
1. Aplikasi Instrumentasi
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui instrumen baik tes maupun nontes.
2. Himpunan Data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu dielenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup.
3. Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan ini dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.

4. Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keteranang, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga klien yang lainnya.
5. Alih Tangan Kasus
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan amntap antara berbagi pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerjasama dari ahli lain tempat kasus itu dialihtangankan).

DAFTAR PUSTAKA
Ridwan.1998.Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Jakarta:Pustaka Belajar
Winkel.1981.Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah.
Jakarta:Gramedia


2 komentar:

  1. isinya udah mantep ini mas blognya, kok gak udate lagi ya?

    Mampir mas
    https://irvanhermawanto.blogspot.co.id

    BalasHapus